HEADLINE

Olahraga Kok Malah Serangan Jantung? Kenali Bahaya Hipertensi Saat Olahraga Sebelum Kamu Niat Jadi Ironman

CoverMongondow, Healthy & Lifestyle – Halo semua! Saya dr. Erta, Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah dari Klinik Kiera. Hari ini saya mau bahas sesuatu yang sering terjadi tapi jarang disadari: olahraga keras, semangat berkobar, tapi tiba-tiba tumbang. Bukan karena gak kuat, tapi karena tekanan darah naiknya udah kayak harga cabai waktu lebaran.

Olahraga itu memang bagus. Saya pun sering menyarankan pasien untuk rutin bergerak. Tapi, jangan sampai olahraga itu jadi tiket ekspres menuju IGD. Masalahnya, banyak orang yang gak tahu bahwa saat kita olahraga, tubuh kita mengalami perubahan fisiologis yang cukup ekstrem.

Ketika kita mulai olahraga, jantung otomatis berdetak lebih cepat, pembuluh darah mengembang, dan tekanan darah naik. Ini reaksi normal. Tapi kalau sebelumnya kamu udah punya tensi tinggi, bisa-bisa tensinya melonjak melebihi batas aman, kayak balon karet ditiup terus sampai… ya, kamu tau sendiri kan akhirnya gimana.

Yang lebih bahaya lagi, ada yang tensinya kelihatannya aman saat istirahat. Cek di rumah cuma 130/80. Tenang, aman, boleh olahraga dong. Eitss, tunggu dulu. Begitu mulai jogging, apalagi lari ngejar PR 5 km demi masuk komunitas lari hits, tensinya bisa langsung naik ke 170-180 mmHg. Malah kalau HR (heart rate) udah masuk ke zona maksimal, bisa-bisa tensinya melonjak di atas 200 mmHg.

Nah, ini nih yang disebut exercise-induced hypertension. Kondisi di mana tekanan darah melonjak tinggi hanya saat olahraga, sementara saat istirahat masih normal. Biasanya, ini sering kelewat karena orang cuma cek tensi di rumah saat santai. Gak pernah dicek pas lagi ngos-ngosan abis naik tangga 3 lantai.

Dan jangan salah, kondisi ini gak jarang terjadi. Banyak yang datang ke saya, keluhannya kok kalau olahraga dada berdebar, pusing, kadang mual. Eh pas dicek saat pemeriksaan Treadmill Stress Test tensinya saat masuk Zona 3 akhir, pas dia mau mulai lari, ternyata di atas 190. Waduh, ini udah lampu kuning nyala terang.

Apalagi kalau usianya sudah masuk kepala empat ke atas. Faktor risiko makin numpuk: ada yang merokok dari muda, berat badan mulai melar, makanan suka yang asin-asin gurih menggoda, apalagi kalau gorengan jadi lauk utama. Wah, itu kombinasi maut banget buat jantung.

Yang jadi masalah besar adalah, sebagian orang ini doyan olahraga yang agak ekstrem. Gowes bukan satu jam, tapi dari subuh sampai lewat Zuhur. Katanya, “Biar sehat, dok.” Tapi tensinya naik terus selama 4 jam. Ibarat mesin, dipaksa ngebut tanpa henti. Lama-lama meledak.

Tensi tinggi saat olahraga bukan hanya bikin jantung kerja keras, tapi juga bisa merusak pembuluh darah secara perlahan. Dan ini bukan yang langsung dirasa, lho. Kadang setelah tensi tinggi 10-15 tahun, pembuluh darahnya kaku, menyempit, dan BOOM… Terjadi stroke atau serangan jantung. Lalu bilang sebelumnya ngga ada keluhan apa apa kok dok.

Kerusakan pembuluh darah ini sifatnya kumulatif. Sedikit demi sedikit, lama-lama jadi bukit—eh, maksudnya jadi penyakit. Kalau sering olahraga dengan tensi tinggi, risiko pecah pembuluh darah otak meningkat. Bisa-bisa pingsan mendadak di lapangan futsal pas lagi seru-serunya.

Makanya, penting banget buat kamu yang punya faktor risiko, untuk cek tensi secara rutin, terutama sebelum memulai olahraga. Jangan cuma modal semangat dan jersey baru. Cek dulu kondisi tubuhmu. Kamu ngecek tekanan ban motor sebelum touring aja serius, masa tensi sendiri gak pernah dicek?

Kalau kamu merasa fine-fine aja, tapi usiamu 40+, suka begadang, stress kerjaan, dan ngemil cilok malam-malam, please… anggap aja tensi kamu itu misteri. Lebih baik diperiksa daripada jadi kejutan.

Buat yang merasa sehat, saya sarankan tetap olahraga, tapi mulai pelan-pelan. Jalan kaki dulu, baru naik ke jogging, bukan langsung sprint kayak dikejar anjing. Dan kalau bisa, ukur tekanan darah sesaat setelah olahraga 10-15 menit. Kalau ternyata naiknya di luar batas normal, konsultasikan ke dokter.

Jangan lupa juga bahwa tidak semua minuman “segar” itu menyehatkan. Minuman manis, kopi susu gula 3 sendok, atau teh manis jumbo botolan abis olahraga bukan penyegar, tapi penyumbang tekanan darah. Air putih cukup kok. Tambah elektrolit kalau perlu, tapi jangan kalori.

Terakhir, pesan saya buat para suami istri yang baru niat olahraga bareng: tolong cek tensi dulu dua-duanya, supaya gak ada yang pulang naik tandu. Lebih baik repot sedikit sekarang, daripada repot banyak nanti.

Ingat, olahraga itu bukan lomba. Gak ada medali emas buat orang yang paling cepat kolaps. Jaga diri, ukur tensi, dan konsultasi kalau perlu.

Kalau tulisan ini terasa menohok, ya bagus. Karena kadang kita memang butuh diingatkan dengan cara yang jleb. Tolong bantu share tulisan ini ke grup keluarga, komunitas sepeda, atau teman-teman yang suka olahraga ekstrim tapi tensinya gak pernah dicek. Bisa menyelamatkan nyawa, lho.

Sumber: https://www.facebook.com/share/p/12JqR71HbDS/ dr. Erta Priadi Wirawijaya, Sp.JP